Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengatakan pemerintah ingin terus mengedukasi masyarakat untuk mau mencoba berinvestasi pada produk-produk syariah.
"Kita terus mengedukasi tentang produk syariah karena syariah berperan sebagai shockbreaker (peredam) jika sistem konvensional menjadi masalah," kata Anny dalam pameran investasi syariah di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (19/6/2012).
Menurut Anny, sistem investasi syariah lebih stabil dibandingkan dengan sistem konvensional. Perbedaan antara prinsip syariah dengan konvensional hanyalah terletak pada suku bunga dan bagi hasil.
"Peranan prinsip Syariah di Indonesia cukup besar dengan berdampingan dengan prinsip yang lama telah ada yaitu prinsip konvensional," jelas Anny.
Bahkan di Indonesia, perkembangan produk investasi syariah sangat tinggi yang terlihat dari kenaikan jumlah sukuk atau surat utang syariah yang diterbitkan pemerintah, dari US$ 429 juta di 2008 menjadi US$ 8,57 miliar di 2011, atau naik 1.898%.
Di tempat yang sama, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) Nurhaida mengatakan, produk syariah baru dikenal dan dikembangkan di Indonesia pada 2006. Di 2009, sudah ada 164 efek syariah yang ada, lalu tahun ini sudah naik menjadi 286 efek syariah.
Produk syariah baru dikenal, tahun 2006 Instrument dikembangkan, kemudian desk diterbitkan mulai tahun 2009 dengan total 164 desk efek syariah dan ditahun 2012 telah terbit 286 desk efek syariah.
(DETIK FINANCE, Jakarta : WIJI NURHAYAT)
Di masa sekarang ini dimana posisi rupiah yang sedang
tidak terlalu stabil juga sangat mempengaruhi dunia perbankan.
Dan produk syariah seakan menjadi angin segar bagi bank-bank agar mayarakat mau
menginvestasikan uangnya di bank. Kita juga dapat melihat bahwa hampir setiap
bank yang ada di Indonesia pasti memiliki produk syariah. Kita harapkan semoga produk syariah ini dapat
membangkitkan dunia perbankan yang sempat lesu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar