Hasil gas dari train 3 proyek
Tangguh akan diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik milik
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Untuk itu, pemerintah saat ini sedang
merumuskan formula harga gas Tangguh bagi perusahaan listrik milik negara itu
agar sesuai keekonomian proyek, tetapi tidak memberatkan bagi konsumen domestik
lain.
Menurut Deputi Perencanaan
Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Widhyawan
Prawiraatmadja, Senin (5/11/2012), di Jakarta, 40 persen hasil gas dari train 3
Tangguh nantinya akan dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan domestik, sedangkan
60 persen akan diekspor.
Pemerintah saat ini sedang
merumuskan formula harga gas untuk train 3 Tangguh. "Harganya yang terbaik
nanti. Jadi, tergantung kontraknya berapa, misalnya PLN kontraknya beli LNG
berapa. Kan, sekarang harga gas dari Nusantara Regas jadi acuan, paling tidak
sama dengan itu, yaitu 0,11 dari harga rata-rata minyak Indonesia (ICP). Kalau
ICP 100 dollar AS per barrel, harga gas menjadi 11 dollar AS per MMBTU,"
ujarnya.
"Kami menginginkan harga
jual gasnya bisa tinggi untuk meningkatkan penerimaan negara. Jadi, kalau gas
diekspor, akan ada keuntungan yang didapat. Kalau misalnya ke industri dibikin
murah, maka silakan dibikin murah oleh pemerintah," kata dia menegaskan.
Terkait pengalihan pasokan gas
Tangguh yang semula ke Sempra lalu ke pembeli lain (Sempradiversion), Widhyawan
menjelaskan, saat ini pemerintah sedang menghitung berapa kebutuhan gas untuk
domestik.
"Pengalihan pasokan gas
yang untuk Sempra akan didahulukan untuk domestik. Jadi, nantinya ditentukan
berapa kebutuhan gas untuk Arun dan fasilitas terapung penerima gas (FSRU) Jawa
Tengah, dan pembeli lain," ujarnya.
"Jadi, selama ada
kebutuhan di dalam negeri, tentu alokasi gas Tangguh yang dialihkan dari Sempra
untuk kepentingan domestik. Kalau FSRU sudah selesai dibangun, tentu harus ada
pasokan LNG. Misalnya, jika FSRU Arun jadi, tentu itu untuk memenuhi kebutuhan
PLN dan industri dan nantinya akan disalurkan pakai pipa ke Belawan dan daerah
lain," papar Widhyawan.
(KOMPAS.COM, Jakarta : EVY RACHMAWATI)
Menurut
pendapat saya, hal ini merupakan pemecahan terbaik agar tidak terjadi kenaikkan
harga tarif dasar listrik karena dengan diprioritaskannya PLN dalam pemenuhan
kebutuhan gas di dalam negeri, hal itu berarti PLN tidak perlu memakai
BBM untuk tenaga listrik. Sehingga
hal ini akan membuat kerugian yang di derita
oleh PLN menjadi lebih kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar