Rabu, 26 Desember 2012

Rupiah antara Bertahan dan Semakin Tertekan



Nilai tukar rupiah atas dollar AS berada dalam kondisi tertekan sejak awal tahun ini. Di awal pekan ini, Senin (22/10/2012), kekuatan rupiah kembali diuji kendati ada berita positif dari Eropa terkait kesepakatan unifikasi sistem perbankan di kawasan itu. Rupiah menembus level Rp 9.600 per dollar AS pekan lalu.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat (19/10/2012) lalu, rupiah ada di level Rp 9.590 atau melemah lima poin dari posisi sehari sebelumnya.
Sejak awal tahun 2012, rupiah telah melemah 465 poin. Sementara itu, menurut kurs tengah Bloomberg, rupiah menutup pekan lalu dengan pelemahan di level Rp 9.629 per dollar AS.
Pelemahan juga terjadi pada sebagian besar bursa Asia, termasuk bursa Indonesia (IHSG). IHSG turun menjadi 4.331,26 (0,59 persen).
Sementara itu, harga minyak mentah Brent dan WTI juga ditutup turun. Harga Brent menjadi 111,17 dollar AS per barrel (1,81 persen) dan harga WTI turun menjadi 90,05 dollar AS per barrel (2,23 persen).
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, memperkirakan di awal pekan ini rupiah melemah di Rp 9.625-Rp 9.640 per dollar AS.
Pasar global melemah pada perdagangan pekan lalu. Sementara itu, pasar Asia kemungkinan akan menguat dengan memfaktorkan berita positif dari Uni Eropa dan Amerika Serikat, kendati index future terlihat variatif.

(KOMPAS.COM, Jakarta : Robertus Benny Dwi Koestanto)


Dari wacana diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa nilai tukar rupiah sangat dipengaruhi oleh keadaan politik dan ekonomi Indonesia dan negara-negara besar di dunia. Perubahan sekecil apapun sangat berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan hal ini juga mempengaruhi harga saham yang ada di bursa efek Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar